VARIABLE COSTING |
I. Pengertian
Variable Costing
Penentuan harga
pokok variabel (variable costing) adalah suatu konsep penentuan harga pokok
yang hanya memasukkan biaya produksi
variabel sebagai elemen harga pokok produk. Biaya produksi tetap dianggap
sebagai biaya periode atau atau biaya waktu (period cost) yang langsung
dibebankan kepada laba-rugi periode terjadinya dan tidak diperlakukan sebagai
biaya produksi.
II. Tujuan
Penentuan Harga Pokok Variabel (Variable
Costing)
Penentuan harga pokok
variabel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam memperoleh
informasi yang berorientasi pada
pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu:
1.
Membantu manajemen untuk mengetahui
batas kontribusi (contribution margin) yang sangat berguna untuk perencanaan
laba melalui analisa hubungan biaya-volume-laba (cost-profit-volume) dan untuk pengambilan keputusan (decision
making) yang berhubungan dengan kebijaksanaan manajemen jangka pendek.
2.
Memudahkan manajemen dalam
mengendalikan kondisi-kondisi operasional yang sedang berjalan serta menetapkan
penilaian dan pertanggungjawaban kepada departemen atau divisi tertentu dalam
perusahaan.
Jika dihubungkan
dengan pihak-pihak yang memakai laporan biaya, maka variabel costing bertujuan
sebagai berikut:
1.
Untuk pihak internal, variabel
costing digunakan untuk tujuan-tujuan:
a.
Perencanaan laba
b.
Penentuan harga jual produk
c.
Pengambilan keputusan oleh
manajemen
d.
Pengendalian biaya
2.
Untuk pihak eksternal
Meskipun tujuan utamanya untuk pihak internal, konsep variabel
costing dapat pula digunakan oleh pihak eksternal untuk tujuan:
- Penentuan harga pokok persediaan
- Penentuan laba
Tujuan eksternal tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang
disusun atas dasar variabel costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu,
menjadi laporan yang disusun atas dasar konsep harga pokok penuh (full
costing), sebab konsep variabel costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
III. Perbedaan Konsep Variable Costing Dengan Full
Costing
Perbedaan antara kedua konsep tersebut
terletak pada tujuan utamanya, yaitu konsep variabel costing mempunyai tujuan
utama untuk pelaporan internal sedangkan konsep full costing mempunyai tujuan
utama untuk pelaporan eksternal. Adanya kedua perbedaan tersebut mengakibatkan
perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap yang selanjutnya
mempengaruhi:
1.
Penentuan besarnya harga pokok
produk dan besarnya harga pokok persediaan.
2.
Penggolongan dan penyajian di dalam
laporan laba-rugi.
Pembahasan
tentang perbedaan metode variable costing dengan metode full costing dapat
ditinjau dari segi;
1.
Penentuan harga pokok produk
Pada metode full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap
maupun variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu elemen
harga pokok produk meliputi:
- BBB (raw material cost)
- BTKL (direct labor cost)
- BOP variabel (variable FOH)
- BOP tetap (fixed FOH)
Sedangkan pada metode variabel costing hanya memasukkan atau
membebankan biaya produksi variabel ke
dalam harga pokok produk. Elemen harga pokok produk meliputi:
- BBB (raw material cost)
- BTKL (direct labor cost)
- BOP variabel (variable FOH)
Elemen
biaya
|
Full
costing
|
Variable
costing
|
BBB(raw
material cost)
BTKL(direct
labor cost)
BOP variabel
(variable FOH)
BOP tetap
(fixed FOH)
Jumlah Harga
Pokok Produk
|
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.
xxx
|
Rp.xxx
Rp.xxx
Rp.xxx
_
Rp.xxx
|
2.
Penentuan harga pokok persediaan
Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production
cost) kepada produk antara metode full costing dengan metode variable costing,
mengakibatkan pula perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full costing
BOP tetap (fixed FOH) dibebankan ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu
jika sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka
sebagian BOP tetap (fixed FOH) masih melekat pada harga pokok persediaan.
Metode variable costing tidak membebankan BOP tetap (fixed FOH) ke dalam harga
pokok produk, akan tetapi BOP tetap (fixed FOH) langsung dibebankan ke dalam
laba-rugi sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang masih ada dalam
persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya produksi variabel atau BOP
tetap (fixed FOH) tidak melekat pada harga pokok persediaan.
3. Penyajian
Laporan Laba-Rugi
Perbedaan di
dalam penyajian laporan laba-rugi antara
metode full costing dengan variable costing dapat ditinjau dari segi:
a.
Penggolongan biaya dalam
laporan laba-rugi
Pada metode full costing, biaya digolongkan menjadi dua, yaitu:
- Biaya produksi, meliputi BBB (raw material cost), BTKL(direct labor cost) dan BOP tetap (fixed FOH) maupun BOP variabel (variable FOH).
- Biaya non produksi atau biaya periode (period cost), meliputi semua biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus dibebankan langsung ke laporan laba-rugi periode terjadinya.
Pada metode variable costing, biaya digolongkan menjadi:
- Biaya variabel (variable costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsioanal sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini dikelompokkan ke dalam:
-
Biaya variabel produksi, yaitu
BBB, BTKL dan BOP variabel.
-
Biaya variabel non produksi,
yaitu biaya pemasaran variabel (variable of marketing expense), biaya
adminstrasi dan umum variabel (variable of general & administative
expense), biaya finansial variabel (variable of financial expense).
- Biaya tetap (fixed costs), meliputi semua biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada konsep variable costing disebut pula dengan biaya periode (period cost) atau disebut pula biaya kapasitas(capacity cost).
b.
Struktur atau susunan penyajian
laporan laba-rugi
1.
Metode Full costing
Laporan Laba-Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember …
_________________________________________________________________
Penjualan (sales) xxx
Biaya Produksi
(production cost):
Persed.awal brg jadi
(beginning finished goods inventory) xxx
BBB (raw material cost) xxx
BTKL direct labor cost) xxx
BOP variabel (variable
FOH) xxx
BOP tetap (fixed FOH) xxx
HP.Produksi (cost of
goods manufactured) xxx
+
Brg tersedia untuk dijual
( goods available for sales) xxx
Persed. Akhir brg jadi
(ending finished goods inventory) xxx
–
HPP (cost of goods sold) xxx
–
Laba kotor (gross income) xxx
Biaya Non Produksi (Non
production cost):
Biaya pemasaran
(marketing expense) xxx
Biaya administrasi dan umum
(general & adiminstrative expense) xxx
+
Total biaya non produksi xxx
–
Laba bersih sebelum pajak
(EBT) xxx
- Metode variabel costing
Laporan Laba-Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember …
________________________________________________________________
Penjualan (sales) xxx
Biaya variabel (variable cost):
Persed.awal brg jadi
(beginning finshed goods inventory) xxx
BBB (raw material cost) xxx
BTKL (direct labor cost) xxx
BOP (FOH) variabel xxx
+
HP.Produksi (cost of
goods manufactured) xxx
+
BTUD (goods available for
sales) xxx
Persed. Akhir brg jadi
(ending finished goods inventory) xxx
–
HPP(cost of goods sold) xxx
–
Margin kontribusi kotor (gross CM) xxx
Biaya komersial variabel (variable of commercial expenses);
Biaya pemasaran variabel (variable of marketing expenses) xxx
Biaya adm.& umum variabel
(variable of general and administrative expenses) xxx +
xxx
–
Batas kontibusi bersih (net CM) xxx
Biaya tetap (fixed cost);
BOP tetap (fixed FOH) xxx
Biaya pemasaran tetap (fixed marketing expenses) xxx
Biaya adm.& umum tetap
(fixed general and administrative expenses) xxx +
xxx
-
Laba bersih setelah pajak (EAT) xxx
*** CONTOH SOAL
VARIABLE COSTING ***
|
Pada tahun 1999, PT.LABALA memproduksi 1000 unit batako. Biaya produksi yang dikeluarkan selama tahun
1999 adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku (raw material cost) 500.000
Biaya tenaga kerja langsung (direct
labor cost) 350.000
Biaya bahan penolong (indirect
material cost) 100.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung
(indirect labor cost) 110.000
Depresiasi bangunan pabrik
(depreciation of factory building) 100.000
Data lain yang
diperoleh selama tahun 1999 adalah:
·
Harga jual Rp.2000 per unit.
·
Produk terjual sebanyak 900
unit.
·
Persediaan awal 100.000 (metode
full costing) dan 90.000 (metode variable costing).
·
Persediaan akhir 232.000
(metode full costing) dan 212.000 (metode variable costing).
·
Pembebanan BOP (factory
overhead) berdasar BTKL.
·
Kapasitas normal dicapai pada
saat BTKL sebesar Rp.400.000 per tahun dengan perkiraan BOP variabel Rp.250.000
dan BOP tetap Rp.110.000.
·
Biaya administrasi dan umum
(general and administrative expense) Rp.100.000.
·
Biaya iklan (advertising
expense) Rp.300.000.
Diminta :
1.
Dengan menggunakan metode Full
costing, hitunglah;
- Tarif BOP per unit dan jumlah BOP yang dibebankan.
- Laporan Laba/Rugi (income statement).
2.
Laporan Laba/Rugi dengan metode
Variable costing.
0KASUS
1
Berikut adalah
data biaya produksi dan persediaan pada akhir tahun 1999 dari PT.OTI :
1.
Produksi selama tahun 1999 sebanyak 200.000 unit.
2.
80% dari produksi pada tahun 1999 terjual dan
sisanya masih tersimpan di gudang pada akhir tahun.
3.
Biaya bahan baku (Raw Material) Rp.3.000.000
4.
Upah langsung (Direct Labor) Rp.2.500.000
5.
BOP Variabel (variable FOH) Rp.1.000.000
6.
BOP Tetap
(fixed FOH) Rp. 600.000
7.
Harga jual per unit Rp. 50
8.
Biaya adm & umum (General&Administrative
Expense) Rp. 250.000
Diminta :
1.
Hitung nilai persediaan akhir (Ending Inventory) th.1999 dengan
met.Variable Costing dan Full Costing.
2.
Buat laporan Laba/Rugi (Income Statement) menurut
met.Variable Costing dan Full Costing.
KASUS
2
SAVAGE GARDEN Corp. adalah sebuah perusahaan yang memproduksi 1 jenis produk. Pada tahun 1999 telah memproduksi 50.000 unit ikat pinggang dengan biaya produksi sebagai berikut :
BOP Var (variable
FOH). Rp.25.000.000
BOP Tetap (fixed
FOH) Rp.30.000.000
Upah langsung ( Direct Labor cost) Rp.55.000.000
Biaya Bahan Baku ( Raw Material cost) Rp.40.000.000
Selain itu terdapat data
lain yang berkaitan dengan produksi tsb. sebagai berikut :
-
Pembebanan BOP berdasarkan upah langsung.
-
Biaya upah langsung per unit Rp.1100
-
Produk yang terjual adalah 40.500 unit.
-
Kapasitas normal (normal capacity) terjadi pada saat
biaya upah langsung sebesar Rp.75.000.000 per tahun, dimana pada saat itu BOP
tetap (fixed FOH) diperkirakan Rp.35.000.000 & BOP Variabel (variable FOH) Rp.25.000.000
-
Pembebanan lebih/kurang ( over/under applied )
Factory overhead dibebankan ke HPP (Cost of Goods Sold).
Diminta :
1.
Dengan menggunakan metode Full Costing, hitunglah :
a.
Tarif BOP per unit.
b.
Jumlah BOP yang dibebankan untuk th.1999.
c.
Jumlah HPP ( Cost of Goods Sold ).
2.
Dengan menggunakan metode Variable Costing,
hitunglah :
a.
Persediaan akhir ( Ending Inventory ).
b.
HPP ( Cost of Goods Sold ).
KASUS
3
PT.SAKURA
menggunakan biaya standar dalam menentukan besarnya biaya produksi. Kapasitas
normal yang dimiliki 40.000 unit. Biaya standar per unit produksi untuk bulan
April, Mei, Juni tahun 2000 adalah :
April Mei Juni
BBB ( raw
materials cost ) Rp.150 Rp.150 Rp.150
BTKL ( direct labor cost ) Rp.250 Rp.250 Rp.250
BOP ( F O H ) V Rp.100 Rp.100 Rp.100
BOP ( F O H ) T Rp.5.000.000
Rp.5.000.000 Rp.5.000.000
Biaya adm &
pemasaran (administrative & marketing expense) variabel Rp.55 per unit yang
dijual. Biaya adm & pemasaran (adminstrative & marketing expense) tetap
Rp.800.000 dan harga jual per unit Rp.850.
Data penjualan
& produksi bulan April, Mei, Juni th. 2000 sbb. :
April Mei Juni
Persediaan awal (
beginning inventory ) 4.000 unit 2.000 unit 5.000 unit
Produksi (
productions ) 38.000 45.000 41.000
Penjualan ( Sales
) 40.000 42.000 41.000
Selisih tidak
menguntungkan : - Selisih efisiensi tenaga kerja Rp.300.000
(unfavorable
variance) ( labor efficiency variance )
Selisih
menguntungkan : - Selisih harga
bahan baku Rp.175.000
(favorable
variance) (raw material cost variance)
Seluruh selisih
dibebankan ke harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold).
Diminta :
1.
Buatlah laporan laba/rugi (income statement) direct
costing.
2.
Buatlah laporan laba/rugi (income statement) full
costing.
Terimakasih Ibu
ReplyDeleteibu tolong share jawaban soal yang diatas bu, buat belajar kita nocokin bener ga hasilnya...
ReplyDelete